Tulis yang kamu cari

Analytics

Adv

Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan

Teka-Teki Dark Memory yang Siap Menghantui



‘Only years of practice will teach you the mysteries and bold certainty of a woman, who treads at random, yet tramples on nothing… .’

“… . Aku berlari di dalam hutan. Aku semangati diri sendiri di puncak kepanikan. Aku mencari jalan keluar, mencari bantuan. Antara sadar dan tidak, aku melihat iblis itu di atas, sayapnya terbuka lebar. Sekarang aku tak berdaya. 

Tidak ada yang bisa dilakukan ..



Aku harus keluar dari sini. Jalan terus … .”


Rachel Saunders seorang wanita yang bekerja sebagai editorial berada disebuah hutan yang gelap nan kelam. Hanya napasnya sendiri, satu hal yang didengarnya. Ada iblis tak dikenal yang mendorong Rachel untuk terus berjalan. Rachel berjalan tanpa arah di dalam hutan. Seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Ini sungguhan. Bukan hanya mimpi. Ia pun bertanya dalam hati “Dimana aku? Apa yang terjadi padaku? Siapa aku?...” 

Teka-teki untuk mencari identitasnya pun dimulai. Rachel terus berpikir sesuatu yang hilang dalam dirinya selama berada di Skotlandia. Untung saja, ada kekasih Rachel yang khawatir terhadap keberadaannya bernama Jonathan Lauder, yang masih berada di Inggris. Jonathan memutuskan untuk pergi dan meninggalkan semua pekerjaannya menuju Skotlandia demi menemui Rachel. Meskipun tak ada kabar yang pasti dimana Rachel berada pasca menghadiri pemakaman sahabatnya, bernama Jenny Dougal.
Kehilangan sosok Jenny membuat Rachel kehilangan ingatannya. Ia menderita amnesia. Hal-hal yang baru saja dialaminya sungguh penuh ilusi. Ia hanya bisa mengingat masa lalu saja. Walaupun Jon sempat putus asa mencari Rachel, mereka pun dipertemukan karena Rachel berusaha mengingat nomor ponsel Jon dengan susah payah.

Pertemuan mereka penuh keterasingan karena Rachel belum pulih ingatan seluruhnya. Jon pun memutuskan untuk mendampingi Rachel menyusun teka-teki peristiwa yang baru saja dialaminya. Mereka mulai mengurutkan kejadian dari hal-hal terakhir yang dilakukan oleh Rachel dan meminta kesaksian dari orang-orang yang ditemui Rachel sebelum dinyatakan hilang. Mereka juga mendatangi satu per satu tempat yang bisa memulihkan ingatan Rachel untuk mendapatkan petunjuk.

“ … Ada sesuatu di sana. Akan tetapi, Aku tidur di tempat lain, di bawah bintang-bintang 

di hutan… .”


Upaya yang mereka lakukan tidak sia-sia. Satu per satu petunjuk didapatkan meski menguras emosi menyakitkan. Ketidakpercayaan Rachel akan takdir kematian yang menimpa sahabatnya menjadi trauma mendalam. Petunjuk demi petunjuk juga membuka kembali masa lalunya yang abu-abu. Ilusi berada di ambang batas menuju ke belakang lalu ke depan dan suatu saat bisa kembali ke belakang. Semua masih menjadi teka-teki.

Satu petunjuk yang menguatkan, mereka dapatkan dari sebuah penginapan The Old Wheel. Di dalam kamar no.5, tempat Rachel menginap sebelum pergi menghilang ditemukan sebuah coretan gambar aneh hasil karya dari Rachel yang mendeskripsikan seekor burung atau kelelawar bahkan tampak seperti serigala. Begitu ambigu gambar itu dibuatnya seolah menggambarkan kematian. Namun, Rachel meyakinkan bahwa gambar itu yang ada bersamanya dalam gelap di hutan.

Itu lebih daripada gambar karena objek tampak bergerak dan hidup berkeliaran. Sosok yang ada dalam gambar hidup itu selalu mengikuti Rachel di tengah kedukaan saat melepas Jenny pergi untuk selamanya.  Sepasang mata itu menjadi bayangan dan selalu berada dibalik sarang atau dedaunan lalu terus menatapnya tajam. Namun dari apa yang dilihatnya, Rachel tidak bisa merasakan kebahagiaan ataupun kedamaian. Justru menyisakan kerisauan bahwa Jenny memang masih ada di kehidupan.

Jadi, apakah petunjuk dari gambar itu mampu mengungkap peristiwa apa yang telah terjadi dengan Rachel sehingga Ia kehilangan ingatannya? Apakah Rachel benar-benar berada di hutan atau Ia berada di dalam sarang tanpa batas kesadaran antara masa lalu dan sekarang? Apakah semua kejadian yang dialaminya hanya mimpi atau murni kenyataan? Semua tabir gelap akan teka-teki itu terungkap jelas dalam novel Dark Memory.

***

            Design cover novel Dark Memory memiliki ilustrasi sepasang mata yang menatap tajam cukup mencekam. Didominasi warna hitam yang mengungkap kedukaan membawa para pembaca agar siap mengikuti teka-teki tentang kematian.

            Ada beberapa kelemahan yang tampak dalam buku ini. Kejadian pulihnya ingatan Rachel Saunders terkesan mendadak, masih kurang didramatisir. Kata berimbuhan pun masih ada dan berulang sehingga narasi dibeberapa part kurang asyik dibaca. Harus diperhatikan kembali tata bahasa atau pemilihan kata (diksi) yang lebih pasti. Misalnya “Wanita itu menatap ke kejauhan…. (hal. 26). “Jalan kecil itu berakhir di tepi hutan cemara yang lebat ditingkahi banyak rumah mewah dari kayu dan batu bata. Rachel ingat pernah melihatnya kemarin. (hal. 113). Perumpamaan yang digunakan pun terlalu berlebihan, sebagai contoh “.. matanya kosong seperti buta. Buta dan bisu…”. Majas seperti ini terlalu banyak makna atau ambigu.

Bagiku, buku ini lebih mengarah kepada hal-hal yang bersifat menegangkan belum menakutkan. Membaca prolog novel ini begitu deskriptif dan membutuhkan imajinasi panjang untuk membayangkan. Namun, dibalik itu semua ada banyak hal yang begitu membanggakan.


Bab 1 begitu penuh narasi. Bercerita tentang kondisi amnesia yang imajinatif. Enam halaman tersaji hanya sebagai deskripsi yang menguatkan kisah untuk mempertanyakan tentang jati diri atau kehilangan ingatan (amnesia). Pembaca seolah diajak masuk untuk gali informasi sosok wanita yang lupa diri. Pembaca seperti mencari kepingan teka-teki lain yang muncul dengan sendirinya berdasarkan penuturan saksi-saksi peristiwa. Pembaca akan semakin penasaran dengan membolak-balikkan buku dari halaman satu ke halaman berikutnya.
Keunggulan novel ini dibanding novel-novel lain dengan genre sejenis terletak juga pada penokohan yang detail. Pembentukan karakter Rachel Saunders sebagai seorang yang keras kepala begitu bagus. Penulis mampu menyampaikan dengan dialog, emosi, dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Rachel. Karakter lain, seperti teman-teman Jenny dan Rachel juga dimunculkan secara tepat. Aktivitas keseharian atau setiap gerakan tokoh yang terlibat didalam dan diluar peristiwa dijelaskan secara runut, teratur, dan lengkap.

Bab 2 dibuat untuk Rachel Saunders menelusuri jejaknya dan berusaha mengembalikan ingatannya. Banyak data dan fakta yang disajikan sebagai petunjuk untuk memecah teka-tekinya. Ada suspence (hal yang mengejutkan) ketika terungkap masa lalu dan kepribadian ganda yang dialami oleh seorang Rachel. Setting atau latar dalam setiap cerita pun tersampaikan dengan kompleks. Bahkan, deskripsi tempat mengenai semua papan reklame atau pengumuman tertulis lengkap disajikan dengan jelas untuk menambah informasi pembaca.

Ada suatu ucapan Jon di bab ini yang aku suka,

“Aku mencintaimu lebih dari yang kau kira, dan aku tersiksa sekali kalau kau tidak percaya padaku. Kita mungkin tidak akan ada di sini kalau saja kau terbuka padaku sejak awal. Kalau saja kau mengizinkan aku hadir di pemakaman bersamamu – sebagaimana mestinya seorang kekasih – ini semua mungkin tidak akan terjadi. Kau lupa betapa khawatirnya aku. Betapa sampai sekarang pun aku masih khawatir!”

       Ucapan di atas memiliki emosi jiwa yang mampu mempengaruhi pembaca untuk semakin berimajinasi. 

Apalagi di bab ini banyak imajinasi-imajinasi liar yang nakal untuk konsumsi para pembaca novel dewasa. Seluruh percakapan memang terkesan formal layaknya sedang menonton film Hollywood. Pembaca pun diajak membayangkan sebuah film thriller yang begitu memberikan impresi disetiap teka-teki. Aku pun berharap novel ini memang bisa diadaptasi menjadi sebuah film agar menjadi inspirasi.

Bab 3 pembaca akan dihadapkan pada kata kunci untuk memecahkan teka-teki. Segala yang ada sebelum hari ini adalah mimpi buruk. Terkadang kenyataan dan mimpi sulit sekali untuk dibedakan. Tapi, mimpi buruk yang kita alami jelas bukan ilusi.
Overall, aku sebagai pembaca puas membaca novel ini hingga tuntas. Pembaca diajak menelusuri buku dengan alur campuran (maju-mundur-maju). Beberapa bab dibuat secara khusus dengan menceritakan peristiwa atau apa yang telah terjadi di masa lalu (flashback). 

***

Book Blogger

Aku menjadi salah satu blogger yang beruntung menghadiri event peluncuran novel Dark Memory pada tanggal 28 Desember 2016 lalu di Gramedia Central Park. Aku berkesempatan mendapat berbagai inspirasi dari seorang penulis, bernama Jack Lance. Sang penulis novel Dark Memory.

Jack Lance menulis buku sejak berumur 6 tahun. Ia terus belajar menulis untuk menghasilkan tulisan demi tulisan yang selanjutnya Ia revisi kembali setiap tulisannya. Sebelum novel ini, Jack Lance telah menulis buku The Day You Die yang juga diterbitkan oleh penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP). Novel tersebut sudah masuk cetakan ke-2 karena menjadi best seller. Novel ini juga diadaptasi jadi film layar lebar yang berjudul “Night Eyes”.
Setiap novelnya memiliki keunikan dengan kemasan genre horror didalamnya. Alasannya, Ia selalu menggunakan pendekatan supernatural yang berbeda dipandu dengan genre cinta (romance) agar lebih menyatu. Jack mengungkap, kesulitan menulis novel Dark Memory itu terletak saat menjaga konsistensi misteri agar semakin lama pembaca harus merasakan sensasi seru atau penuh nuansa horror.
Jack Lance memang suka dengan cerita-cerita menyeramkan sejak kecil karena Ia masih menganggap dirinya sebagai anak kecil. Hingga Ia lupa dirinya sudah dewasa. Anak-anak di Eropa lebih senang dengan cerita, film, dan games yang bernuansa horror sehingga Ia suka dengan dunia misteri dari kecil. Ia berharap novel ini disukai semua kalangan di Indonesia, seperti di Negara Jerman dan Negara Rusia.
 
Sebagai penulis, Jack Lance tak pernah menyerah. Ia beberapa kali juga ditolak oleh penerbit. Namun, Ia tidak beranggapan bahwa penolakan oleh penerbit sebagai suatu kegagalan. Ia memandang semua itu sebagai proses belajar dalam hidup. Ia juga selalu terbuka menerima kritik untuk membuat karyanya menjadi lebih baik lagi karena seorang penulis harus mampu menerima saran tentang tulisannya.
   Novel Dark Memory pun telah diterbitkan oleh 13 penerbit dari seluruh dunia. Jika novel Dark Memory menjadi Best Seller, Jack Lance bisa saja hijrah tinggal di Indonesia untuk meramaikan dunia literasi terkini dengan menulis buku kembali. Adapun diakhir pertemuannya kala itu, Ia memberikan tips untuk para penulis :

1.     Tentukan alasan kenapa tulisan kita harus dibaca
2.   Biarkan tulisan mengalir tanpa sugesti atau jangan pernah merasa penulis lah yang paling benar.
3.     Kecamkan pada setiap tulisan agar memiliki struktur dengan data dan fakta.

Semoga review aku di atas menggugah semangat kalian untuk berburu buku ini karena ada banyak teka-teki dalam ingatan yang penuh kegelapan siap menghantui* 

 

With Jack Lance (Author Dark Memory Novel)

 



Film Jilbab Traveler Love Sparks in Korea ; Film Indonesia Berselera Film Korea



Satu lagi buku laris karangan Asma Nadia divisualisasikan menjadi sebuah film bertajuk Jilbab Traveler Love Sparks in Korea. Jika di film sebelumnya, 'Pesantren Impian' bergenre thriller, 'Jilbab Traveler' memiliki genre yang mirip dengan 'Assalamualaikum Beijing', yaitu drama percintaan. Tentunya dalam setiap karya Asma Nadia, pasti diberikan sentuhan religi. Jika di film-film sebelumnya berhasil memikat hati penonton, lalu bagaimana dengan film ini?

'Jadilah seorang muslim yang menjelajah dunia . .

menapaki bumi untuk mentafakuri ayat-ayat Allah SWT . . .' 

Menurut aku, opening scene film ini keren karena didahului adegan masa kecil yang diiringi narasi dengan quote-quote hebat sang penulis cerita. Sesuai dengan judulnya 'Jilbab Traveler Love Sparks in Korea', nuansa Korea itu terasa kental dengan visual effect natural salju dan bunga sakura pada setiap adegan yang mengambil lokasi syuting sebagian di Korea. Penceritaan film juga terasa kompleks ala drama korea yang diminati berbagai kalangan remaja. 

Penokohan sosok Jilbab Traveler yang diperankan oleh seorang aktris, Bunga Citra Lestari sebagai Rania dengan mengenakan jilbab dan membawa ransel selayaknya seorang traveler juga begitu pas. Apalagi didukung aktor pendatang baru seperti Giring dan Morgan yang berperan begitu enak dengan ekspresi menarik membuat penonton begitu nyaman menikmati film ini hingga akhir cerita. Walaupun mereka mengawali karier di dunia entertainment sebagat musisi, bermain layar lebar ternyata mereka bisa lakoni dengan pasti.
Performa terbaik terasa pada akting seorang Giring Ganesha. Dia bisa memerankan dengan baik tokoh yang diperankan. Padahal karakternya jauh berbeda dengan Giring yang selama ini kita kenal. Penonton tidak akan melihat Giring sebagai penyanyi, melainkan Giring yang menjelma menjadi Ilhan. Untuk Morgan Oey, masih terlihat kurang konsisten dalam pembawaan karakternya sepanjang film. Pengucapan dialog masih terlihat dibuat-buat. Kalau mau dibandingkan, performanya lebih greget saat film Assalamualaikum Beijing.
Sedangkan Bunga Citra Lestari sebagai pemeran utama, dia berperan baik, walaupun ini bukan performa terbaiknya. Poin yang kurang, chemistry antara Morgan dan BCL masih belum terbangun. Semua terasa hambar tanpa ada rasa sayang yang ditunjukkan diantara mereka. Kehadiran aktor Ringgo Agus Rahman juga cukup menghibur dalam memainkan perannya yang lucu. Ia sukses membuat suasana tegang menjadi lebih mencair dengan tingkah kocak dan ekspresinya yang khas. Performa akting standar mungkin bisa dilihat dari seorang Indra Bekti, Adila, Dewi Yull, Ferry Maryadi dan pemeran-pemeran lain yang masih kurang natural dalam berperan. Akting mereka tidak maksimal jika dibandingkan para aktor dan aktris yang berperan sebagai orang Korea itu sendiri.

 Setiap langit memilih bintangnya, hanya kamu bintangku dan aku jatuh cinta dan itu fakta !.

Cerita film ini menarik. Ada sedikit hal yang menyentil sisi poligami dalam Islam. Ada sisi travellingnya yang ditampilkan melalui adegan-adegan indah di beberapa lokasi wisata yang mempesona. Ada konflik dari percintaan yang juga dimunculkan pada scene-scene tepat. Hingga beberapa dialog pun keluar dari mulut para pemain tanpa basa-basi apalagi bertele-tele. Secara keseluruhan cerita, hal ini menambah rasa penasaran penonton hingga cerita selesai. Ini perpaduan film yang bagus.
Walaupun demikian, secara umum film ini sebenarnya hanya berkutat masalah drama percintaan. Sedangkan travelling dan jilbab, bisa dibilang hanya sebatas pelengkap. Film ini serupa dengan kemasan film 'Assalamualaikum Beijing' secara tema, tapi ceritanya memiliki unsur berbeda. Untuk alur penceritaan, perputaran waktu difilm ini begitu cepat. Mungkin ini untuk menutupi plot hole yang banyak ditemui dalam film ini.
Walaupun penonton berusaha untuk memakluminya, film ini pun tetap memiliki logika yang terus berkesinambungan. Tidak menghadirkan hal-hal serba kebetulan dan semuanya terasa mudah. Hubungan sebab-akibat selalu berlaku, tapi film ini cukup mengabaikannya.
Untuk eksekusinya, film ini bisa menghadirkan dramatisasi yang baik. Dengan beberapa adegan dan dialog yang mendukung, karena tidak semuanya kaku. Namun, ada adegan dan dialog yang cukup aneh untuk dilihat dan didengar, terutama yang menggunakan bahasa korea. Beberapa produk iklan juga terkesan 'promo' banget, namun kemunculan produknya saat adegan berlangsung sangat terasa halus dikemas. 

'Terjebak antara khayal dan fakta, ku ikuti kata hatiku, aku menjadi traveler'
Guntur Soeharjanto memang sudah tahu bagaimana cara mengambil gambar yang baik di dalam dan luar negeri. Ia mampu bekerja sama dengan tim artistik untuk menampilkan sisi Kawah Ijen dan Wisata Baluran, Jawa Timur dengan begitu apik. Pengalamannya menggarap film-film bersetting luar negeri, juga membuat Guntur tak terlihat kesulitan menghadirkan visual yang menakjubkan melalui beautiful shot di film ini. Untuk shot dari drone meskipun kualitasnya jauh berbeda dari shot still camera biasa, namun tata kamera mampu menghasilkan visual yang maksimal. Meskipun, ada juga camera movement yang terasa shaking saat adegan Rania memotret.  

        Selain itu, unsur penyuntingan gambar juga menghasilkan transisi agak kasar. Cut to cut atau unsur sinematografi terkesan kurang dibeberapa part adegan. Misalnya, saat adegan Ilhan phobia ketika berada di pesawat.

Bagi aku, tata musik juga jadi salah satu departemen yang terpuji di film ini. Musik ilustrasinya cocok dalam segala suasana dan kondisi yang ada difilm. Hal ini tentu menambah feel penonton dalam meresapinya. Walaupun ada beberapa dubbing dialog yang tidak tersikronisasi dengan baik. Secara umum musik nyaman didengar. Apalagi, soundtrack yang dinyanyikan BCL - Aku Bisa Apa, gubahan lagu Melly Goeslaw memang tak pernah mengecewakan.

Kalau kamu cari film tentang travelling maupun religi, film ini bukan jawabannya. Alasannya, ending di film ini akan memperlihatkan makna cinta yang sesungguhnya dan ini sungguh luar biasa bagiku karena akhir cerita mampu mengikuti alur dramatis naik turun tanpa harus berlebihan. So, film ini ialah drama percintaan dengan background travelling dan religi, maka Jilbab Traveler itu menjadi film pilihan yang tepat. Film bagus walaupun belum mencapai taraf istimewa. Setidaknya, inilah salah satu film Indonesia cita rasa Korea.